CEOMAGZ | JAKARTA – Deputi III Kantor Staf Presiden Bidang Perekonomian Edy Priyono dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, Mengatakan, KSP memperingatkan agar segera dilakukan langkah-langkah terkait beras, agar tak semakin memburuk.
Pada kesempatan itu, Dirinya menuturkan, Apalagi pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta, telah melaporkan adanya tanda-tanda harga beras akan bergerak naik lagi.
“Konsumsi beras nasional justru naik. KSP mencatat, konsumsi beras pada periode Januari-April 2024 naik menjadi 10,27 juta ton dibandingkan Januari-April 2023 yang tercatat sebesar 10,17 juta ton,” kata Deputi III KSP, Edy Priyono, Senin (24/6/2024).
Ia juga menerangkan, Kemungkinan bulan ini atau bulan depan, karena Juni sudah mau berakhir ya, kita sudah mulai defisit.
“Bapak Kepala Staf (Moeldoko) sudah mengirimkan memo kepada Bapak Presiden soal hal ini. Dan baik juga kami share di sini, ke daerah,” ucap Edy Priyono.
Sementara itu, Dia menjabarkan, Jadi kalau kita analisis, terjadi penurunan produksi beras dibandingkan tahun lalu.
“Ada penurunan produksi sekitar 2 juta ton. Ini adalah penurunan yang sangat besar karena terjadi hanya dalam 1 tahun,” beber Edy Priyono.
PRODUKSI BERAS JANUARI-APRIL 2024 ANJLOK 2,04 JUTA TON
Edy Priyono menggarisbawahi, Produkai beras pada periode Januari-April 2024 anjlok menjadi 10,94 juta ton, dibandingkan periode sama tahun 2023 yang tercatat mencapai 12,98 juta ton.
“Artinya, ada penurunan produksi sekitar 2,04 juta ton. Dimana Kondisi ini berdampak pada surplus beras periode tersebut,” ujar Edy Priyono.
Menurut Deputi III KSP, Surplus beras pada Januari-April 2024 menyusut menjadi hanya sekitar 670.000 ton dari periode sama tahun 2023 yang mencapai 2,82 juta ton. Penurunan itu disebabkan oleh sejumlah faktor.
“Kalau kita telusuri apa penyebabnya, pertama adalah karena penurunan luas panen dibandingkan tahun lalu. Pada Januari-April 2023, luas panen mencapai 4,2 juta hektare (ha), sedangkan tahun ini hanya 3,5 juta hektare. Penurunan luas panen disebabkan penurunan luas tanam. Luas tanam Oktober 2023-Februari 2024 hanya mencapai 5,4 juta hektare. Turun 1,9 juta hektare dibandingkan rata-rata 5 tahun sebelumnya yang mencapai 7,4 juta hektare,” jelas Edy Priyono secara panjang lebar.
BPS MENCATAT ADANYA PENURUNAN RTUP
Tak hanya itu, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat adanya penurunan jumlah petani, Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP).
Tercatat pada tahun 2019, ada sebanyak 33.106.115 RTUP. Namun angka itu merosot tajam, menjadi 28.419.398 RTUP di tahun 2023. Terjadi penurunan rata-rata setiap tahunnya sebanyak 1.171.679 RTUP.
“Penurunan ini erat kaitannya dengan penurunan luas tanam. Adanya penurunan produksi beras ini, diperkuat oleh temuan data KSA (Kerangka Sampel Area) yang memproyeksikan total produksi beras Januari-Juli 2024 sebesar 18,64 juta ton. Lebih rendah 2,47 juta ton dari periode sama tahun 2023,” ulas Edy Priyono.
Selanjutnya, Ia memperingatkan, Kondisi ini mendesak ditangani agar tak semakin buruk.
“Kita perlu antisipasi dari sekarang, sebaiknya kita tidak cuma pemadam kebakaran. Yang melakukan upaya penanggulangan di hilir. Kita juga sebisa mungkin menanggulanginya di sisi hulu,” papar Edy Priyono.
PERINGATAN BPS: KOTA/KABUPATEN YANG ALAMI KENAIKAN HARGA BERAS BERTAMBAH
Dalam kesempatan yang sama, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, harga beras pada pekan ketiga Juni 2024 masih mengalami penurunan sebesar 0,95% dibandingkan bulan Mei 2024.
“Namun, jumlah kota/ kabupaten yang mengalami kenaikan harga beras bertambah di pekan ketiga Juni 2024. Ada 63 kabupaten/ kota yang mulai mengalami kenaikan harga beras,” ungkap Amalia Widyasanti. (*/DYW)