CEOMAGZ | LEBAK
Pemerintah Kabupaten Lebak merasa bangga dikunjungi Menteri Kependudukan Pembangunan Keluarga/ BKKBN Wihaji untuk mengatasi percepatan penurunan stunting (tengkes) yang dialami anak-anak bawah lima tahun akibat gagal tumbuh.
“Kita berharap dengan dikunjungi Menteri KPK/BKKBN itu dapat mengurangi prevalensi stunting,” kata Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak Hj Tuti Nurasiah di Lebak,Kamis.
Pemerintah Kabupaten Lebak memiliki harapan besar untuk percepatan penurunan kasus stunting.
Dimana kasus tengkes di daerah ini diperlukan semangat untuk menyelamatkan generasi Emas 2045.
Sebab, anak – anak yang positif teridentifikasi stunting tentu ke depan berdampak terhadap sumber daya manusia (SDM).
Oleh karena itu, kunjungan Menteri KPK/BKKBN bisa menjadikan motivasi untuk bekerja keras mengurangi prevalensi stunting.
Penanganan dan pencegahan prevalensi stunting dinilai relatif baik dengan melibatkan berbagai instansi pemerintah daerah, lembaga negara, penegak hukum, stokholder, pengusaha hingga elemen masyarakat.
“Kita meyakini angka stunting di Lebak tahun ini turun 20 dari 26,2 persen, karena berbagai intervensi dilakukan secara optimal,” katanya menjelaskan.
Menurut dia, penyebab stunting di Kabupaten Lebak itu akibat berbagai faktor di antaranya tingginya masyarakat yang tidak memiliki sarana air bersih dan sanitasi jamban juga daya beli masyarakat rendah serta pola asuh yang salah.
Selain itu juga tingginya pernikahan dini serta minimnya ibu hamil untuk diperiksakan ke fasilitas kesehatan dan rendahnya pengetahuan kesehatan.
Dengan demikian, pemerintah daerah kini membangun sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi di daerah lokus stunting, termasuk pembangunan rumah tidak layak huni.
Disamping itu juga pemberian makanan tambahan kepada anak stunting serta keluarga resiko stunting
“Kami terus melakukan intervensi untuk percepatan penurunan stunting juga pencegahan,” kata Tuti.
Ia mengatakan mengapresiasi hasil intervensi serentak pada Agustus 2024 terhadap balita di daerah itu sebanyak 109.498 orang terealisasi sekitar 4,07 persen atau 4.452 balita teridentifikasi stunting, sedangkan akhir tahun 2023 sekitar 4,8 persen.
Data stunting 4,07 persen 2024 di daerah itu menurun dibandingkan tahun 2023 dan sudah diinput ke aplikasi elektronik -Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM).
Data stunting itu tentu cukup valid karena berdasarkan “by name by adres” sesuai nama dan alamatnya.
Sementara itu, Menteri Kependudukan Pembangunan Keluarga/ BKKBN Wihaji menyatakan pihaknya mengunjungi Kabupaten Lebak untuk memastikan pencegahan dan mengerakan stunting.
Untuk pencegahan stunting melibatkan semua unsur yang terlibat karena penanganan stunting tidak bisa dilakukan sendiri.
Begitu juga untuk menggerakkan terlibat kader posyandu, petugas PL KB bagian garda terdepan untuk menangani tengkes.
“Kita berharap pemerintah daerah dapat memperkuat percepatan penurunan stunting,” katanya.(EM)